ASAL USUL
KERAJAAN PAKUAN PAJAJARAN
Negara Kita Negara Sunda, maka kita bisa disebut orang sunda, kemudian
sekarang jamannya sudah agak beda bukan jaman purba lagi, memang sejak
dulu kerajaan Gajah terkenal, berkat Ramahanda saya (Prabu Anggararang),
yang masih termasuk jaman purba, dengan symbol Gajah, disatukan jadi
symbol kerajaan, datang dari petunjuk yang jadi kekuatan berdirinya
kerajaan Gajah.
Sekarang juga sama, Negara ini juga ada nama, yaitu Negara yang kita
diami adalah tataran sunda yang termasuk dari simbolnya yaitu binatang
yang paling buas yaitu Harimau.
Nah saya ini (Prabu Siliwangi) ada petunjuk yaitu jika dari barang sudah
selesai (Kujang) sekarang masalah nama kerajaan dikarenakan saya ada
yang membantu yaitu bangsa siluman ataupun Harimau Harimau ghaib, ketika
berperang melawan tentara mongol pati pasukan harimau putih (Meong
Bodas) SEJAJAR ATAU BERJEJER dengan tentara GAJAH, jadi saya membawa
nama kerajaan dari Negara Gajah dengan kerajaan Harimau, bila disatukan
maka namanya disebut PAKUAN PAJAJARAN, Pakuan artinya Jaya Pajajaran
Sejajar Pasukan Harimau Putih (Meong Bodas) dengan Pasukan Gajah,
disatukan lagi oleh barang pusaka yang tiga yang namanya KUJANG TIGA
SERANGKAI artinya berbeda-beda tapi sama, jadi tepat sudah, nah ditatar
sunda ini lahir Kerajaan Pajajaran.
Jadi tataran sunda tersebut harus benar-benar dipegang oleh saya (PRABU
SILIWANGI), jadi harus dipercepat membuat barang-barang yang membentuk
pisau untuk CIRI KERAJAAN SUNDA sebagai SIMBOL yang bisa menyimpan
kekuatan, Pangeran Pamanah Rasa menyuruh ke Eyang Jaya Perkasa untuk
membuat senjata pisau berbentuk harimau sebanyak tiga buah. Sebagai awal
mula sejarah dibuatnya tiga senjata yang berbentuk Harimau Tiga Warna,
yaitu Kuning, Hitam, Putih. Senjata pertama yang berwarna hitam, dibuat
dari batu yang jatuh dari langit yang sering disebut meteor, yang
dibakar oleh Pangeran Pamanah Rasa sendiri, dibentuk besi yang
diperuntukkan untuk membuat senjata tersebut. Senjata Kedua dibuat dari
air api yang dingin, yang warnanya kuning dibekukan menjadi besi kuning,
Senjata ketiga dari besi biasa yang direndam dalam air hujan menjadi
putih berkilau.
Sampai tujuh hari senjata baru jadi, semalam penuh Pengeran Pamanah Rasa
memikirkan nama untuk barang itu, tepat ayam berkokok ditemukan nama
untuk ketiga barang tersebut, yaitu dengan bahasa sandi, bahasa itu
sangat tepat untuk barang senjata yang sudah jadi, yaitu namanya KUJANG
(Senjata Berbentuk Harimau), dikarenakan barangnya ada tigabeda beda
warna tapi bentuknya sama disebut jadi KUJANG TIGA SERANGKAI, YANG
ARTINYA BEDA-BEDA TAPI TETAP SAMA.
Prabu Siliwangi Masuk Islam Oleh Syekh Quro
Pangeran Pamanah Sari datang ke Syekh Quro. Mau menikahi Nyi Subang
Larang, Syekh Quro menerima lamaran Pengeran Pamanah Sari, namun meminta
3 syarat:
Yang pertama harus masuk Islam, yang kedua harus belajar ngaji, yang
ketiga harus berangkat dulu ke haji, itu syarat-syarat yang diberikan
oleh Syekh Quro kepada Pangeran Pamanah sari.
Pangeran Pamanah Sari kebingungan karena beliau dari agama Hindu, tetapi
kerena ada yang ingin dicapai Pangeran Pamanah Sari memutuskan siap
untuk di Islamkan, beliau datang kepada Syekh Quro untuk di Islamkan
ketika sampai ke tempat Syekh Quro. Semua orang dikumpulkan ke dalam
ruangan, ki Gendeng Tapa menyaksikan Pengeran Pamanah Sari di Islamkan,
tidak terlalu lama Pangeran Pamanah Sari diberikan janji oleh Syekh Quro
sambil memegang tangannya dengan mengucapkan dua kalimah Syahadat,
setelah itu selesai Pangeran Pamanah Sari dianggap sah dari akad menjadi
muslim, hari itu selesai untuk syarat pertama. Pangeran Pamanah Sari
langsung menjalankan syarat yang kedua yaitu belajar ngaji. Setelah 5
bulan Pangeran Pamanah Sari bisa ngaji seperti membaca huruf arab,
sholat, dan pemikiran Islam seperti apa artinya Islam, semua ilmu agama
Islam telah diserapnya. Syekh Quro bingung dan heran Pangeran Pamanah
Sari bisa belajar dengan cepat, padahal sampai tingkat semua itu, bisa
butuh waktu sekitar dua tahun. Pangeran Pamanah Sari langsung meminta
syarat yang ketiga yaitu naik haji.
SEBAGAI MUSLIM MEMPERJUANGKAN AGAMA ISLAM
Teks ini bukti tertulis dalam bahasa dan tulisan Sunda kuno jaman
Pajajaran, yang di tulis di kulit harimau berasal dari Kitab Suawsit
Sasakala Prabu Siliwangi.
“ SASAKALA PRABU SILIWANGI”
Kaula Prabu Siliwangi nyakenkeun ka sadayana jamaah
Diya sakayan kaula nu Insya Allah ngabalai
Diya nyusuk nudihapurankeun kaagama Islam
Nyian anaka arang-arang nuka kaula di wastupun
Nyakeun hate diyaya sakala dikailkeun di kaitkeun
Dipahetkeun nyakeun lelembut diyaya sakala arang-arang marifat
Puran kayan kegeugeuh diyayakeun ka gusti Allah
Diya dihampurakeun ka agama Islamna
Haturan dajar nyakeun hapur kaula kasabab
Neuteup diyaya teu nyakeun diaya sakala bisa musrik
Sakitu nu kaula bisa dibantoskeun diya kecapna
Susuhun dihampura diya kecap parit ieu upami aya kalepatan
Kaula Prabu Siliwangi Pangeran Pamanah Rasa”
Pangeran Pamanah Sari Berangkat ke Haji Dengan Syekh Quro
Syekh Quro menyiapkan Pangeran Pamanah Sari mau dibawa ke Mekah naik
Haji beliau diberitahu dulu harus itikap, berdiam diri di mekah selama
empat puluh hari.
Pangeran Pamanah Sari berangkat ke Mejah di bawa terbang oleh Syekh
Quro, sampai ke Mekah membutuhkan waktu satu malam, berangkat malam
sampai subuh, tiba di Mekah langsung sholat subuh, melaksanakan sholat
berjamaah sampai amalan-amalan yang diajarkan oleh Syekh Quro diamalkan,
sehari penuh berkeliling Kabah.
Di Mekah Pangeran Pamanah Sari kebingungan karena sudah beberapa hari
terjadi perubahan dalam dirinya, sedikit-sedikit dosa dan
kejadian-kejadian oleh beliau yang dialami seperti nyata kelihatan,
Nampak seperti mimpi buruk, Pangeran Pamanaha Sari sampai menangis
habis-habisan di depan Kabah.
Semenjak itu Pangeran Pamanah Sari percaya Islam dan percaya adanya
Allah, empat puluh hari tidak terasa sudah berlalu Pangeran Pamanah Sari
di bawa pulang oleh Syeh Quro setelah sampai ke tempat, banyak yang
ngumpul menunggu yang pulang dari haji.
Pangeran Pamanah Sari ditanya oleh Syekh Quro dalam masalah
pernikahannya dengan Nayi Subang Larang dari situ Pangeran Pamanah Sari
ingin bicara dulu kepada semua karena beliau sebelumnyaada niat hati
jelek, setelah belajar dengan Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari
mengalami banyak perubahan dalam dirinya dan tahu mana ajaran yang benar
dan mana ajaran yang salah oleh karena itu Pangeran Pamanah Sari
menjelaskan yang sebenarnya bahwa dia yang sebenarnya adalah Raja di
Kerajaan Pajajaran setelah di jelaskan ada yang terkejut, ada yang
langsung menyembah dan sebagainya, tetapi Syeh Quro biasa saja karena
sudah tahu dari awal juga, tidak ada yang membuat marah satupun malahan
senang Pangeran Pamanah Sari berterus terang.
Pangeran Pamanah Sari Di Beri Gelar Prabu Siliwangi
Pangeran Pamanah Sari menguasai tanah Cirebon setelah diserahkan oleh
penguasa Cirebon sebagai mertuanya yaitu Ki Gendeng Kasih dan Ki Gendeng
Tapa, kemudian para sesepuh kumpul dengan Pangeran Pamanah Sari, Ki
Gendeng Tapa, Ki Gendeng Kasih dengan Ki Dampu Awang, dengan
istri-istrinya Pangeran Pamanah Sari yaitu ada tiga, Nyai Subang Larang,
Nyai Kasih dengan Nyai Aci Putih.
Semuanya pada kumpul sebab Pangeran Pamanah Sari sakti mandra guna dan
pintar, terkenal dimana-mana yang menguasai Kerajaan Pajajaran, Pangeran
Pamanah Rasa dan pangeran Pamanah Sari menjadi terkenal dengan gelar
Sang Prabu Siliwangi.
Rabu Siliwangi hidup jaya sampai beliau mempunyai putra dari istri yang
pertama yaitu Nyai Aci Putih dan nama putranya ARYA SETA di beri gelar
PRABU KIAN SANTANG, terus mempunyai lagi dari istri yang kedua yaitu
mempunyai dua anak, Perempuan dan laki-laki yang diberi nama untuk
putrinya NYAI LARA SANTANG yang laki-laki PANGERAN WALASUNGSANG, Prabu
Siliwangi mempunyai putri tiga dari dua istri btidak lama kemudian yang
terakhir yaitu istri Prabu Siliwangi yang ketiga Nyai Kasih mempunyai
anak satu laki-laki yang bernama PANGERAN SAGARA.
Prabu Siliwangi Menghilangkan Kerajaan Pajajaran Pindah ke Alam Ghoib
Prabu Siliwangi kembali pulang ke kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi
bingung karena sedah muslim sedangkan di kerajaan pajajaran masih
beragama Hindu. Sebelum pergi Prabu Siliwangi berpesan kepada seluruh
istrinya agar Cirebon (SUNDA) dan ajaran ISLAM harus turun-temurun
sampai pada anak cucu mereka.
Lalu Prabu Siliwangi berangkat ke kerajaan Pajajaran dengan Ilmu Aji
Halimun bisa sampai dalam waktu setengah hari. Seluruh rakyat kerajaan
dan segenap keluarga menyambut kedatangan Prabu Siliwangi, mereka
menyembah Parbu sepanjang jalan menuju kerajaan, lalu Prabu di sambut
dengan suka cita oleh Panglima Eyang Jaya Perkasa.
Prabu Siliwangi memikirkan bagaimana Gejolak dari rakyat-rakyatnya
apabila mereka tahu bahwa dirinya sudah di Islamkan oleh Syekh Quro.
Bagai mana caranya menghilangkan fitnah atau perkataan-perkataan dari
rakyat yang tidak tahu tentang agama, tidak lama kemudian Parbu
Siliwangi mendatangi Harimau Putih Panglimanya supaya membantu Negara
Pajajaran di pindahkan ke Alam GHOIB alam Jin. Prabu Siliwangi menunggu
datangnya bulan purnama, sambil menunggu Parbu Siliwangi bersama Harimau
Putih malam-malam pergi ke batas Kerajaan Pajajaran untuk menanam pohon
Jeruk, dari batas kerajaan supaya ketika menghilang tidak meninggalkan
jejak sedikitpun dan tidak ada bukti apapun. (Kerajaan ini Desa
Pajajaran Kecamatan Raja Galuh Kab. Majalengka).
Akhirnya Prabu Siliwangi bersama Harimau Putih menyirep/menidurkan semua
rakyatnya. Prabu Siliwangi langsung memindahkan kerajaan tersebut
dengan orang-orangnya, memakai ilmu dengan dibantu oleh Harimau Putih
menghilang. Semenjak itu semua Negara kerajaan Pajajaran pindah dari
alam dohir ke alam ghoib.
Sejarah Pajajaran ini disusun oleh Pondok Pesantren Pasim Al Path. Fajar
Laksana, SE, MM, CQM. Penyusnan menjelaskan, penulisan sejarah Prabu
Siliwangi ini untuk meluruskan berbagai mitos yang berkembang di
masyarakat tentang Kerajaan Pajajaran dengan rajanya Prabu Siliwangi.
Sumber sejarah ini disusn dari WASIAT PRABU SILIWANGI DARI KITAB
SUWASIT.
Keontentikan isi buku sejarah yang disusun dari Kitab Swasit “Wasiat
Prabu Siliwangi” ini juga dibuktikan dengan puluhyan benda - benda
sejarah peninggalan Prabu Siliwangi. Semua benda ini disimpan di Musium
Pajajaran Pesantern Pasim Al Path.